Ibu, saya tulis surat ini untukmu, sebagai ungkapan rasa hatiku, sebagai (sesama) ibu. Tentu saya sangat gembira, saat di hari Minggu sore tanggal 26 oktober lalu, beberapa ibu yang berkualitas dan tak diragukan dedikasinya, maju ke depan dipanggil satu-persatu. Menjadi mentri ini dan itu. Alhamdulillah, kiranya kiprah perempuan mulai lebih banyak mendapat penghargaan di negeri ini.
Namun, saat hari makin senja Minggu itu, saya mulai dikagetkan dengan tulisan di salah satu media massa, tentang ibu. Aduh Ibu, tulisan yang bersifat laporan pandangan mata itu sungguh mengganggu saya. Bahwa selepas dipanggil pak presiden itu, ibu diwawancarai para wartawan sambil menghabiskan satu batang rokok. Meski berita itu dikemas dengan pembahasaan ‘unik’, atau ‘nyentrik’, tapi bagi saya, sama sekali tidak begitu bu. Maaf ya Bu, lalu saya mulai gugling, tentang sosok Ibu, yang namanya pun baru saya tahu sejak pengumuman kabinet kerja itu.
Menilik pengalaman hidup Ibu untuk tetap terus struggle, benar kesan orang: ibu sedikit dari manusia yang tak bersekolah tinggi, tapi banyak mengukir prestasi. Saya salut sekali, bagaimana ibu bisa mengentaskan kemiskinan bagi para nelayan di sekitar Pangandaran, juga ulet dalam mencari peluang berusaha, mulai dari bawah, hingga menjadi pengusaha maskapai yang cukup sukses seperti sekarang. Saat banyak sarjana perikanan kini masih menjadi pengangguran, ibu justru telah mampu banyak menyediakan lapangan pekerjaan. Saya juga menyimak, bagaimana ibu berani keluar sekolah saat kelas dua SMA dengan suatu alasan, padahal sudah disekolahkan di SMA bonafid di Yogyakarta dan tentunya hanya anak pintar yang bisa masuk ke SMA tersebut. Saya juga sedikit menyimak tentang keluarga ibu, yang juga ternyata adalah seorang ibu dengan satu (atau tiga?) putra. Pun saya juga menyimak, bahwa ibu termasuk pengusaha yang nyentrik, suka merokok, minum wine dan memiliki tato.
Tentang hal yang terakhir itu, Ibu. Sebetulnya Bu, bagi saya pribadi, orang mau merokok sehari 5 bungkus atau menenggak wine bergelas-gelas dalam hitungan jam, tidak terlalu mengusik hati saya. Tetapi masalahnya, mulai minggu senja itu, Ibu tak lagi pengusaha biasa. Ibu sudah menjadi pejabat publik, yang disorot gerak-geriknya oleh berjuta pasang mata rakyat Indonesia. Termasuk diantaranya, anak-anak, yang juga ikut menonton dan menyimak salah satu penggal bersejarah di negeri ini, melalui televisi dan layar internet.
Ibu Mentri, saya adalah seorang pendidik, yang banyak berhubungan dengan guru dari anak-anak kecil di lembaga PAUD. Sejak awal, guru-guru TK yang saya ajar, selalu saya tanamkan tentang bagaimana memberikan pengaruh yang besar melalui keteladanan, jika ingin membentuk kebiasaan baik pada anak. Lucu sekali, jika seorang guru TK mengingatkan anak didiknya “Ke sekolah jangan pakai rok mini”, sementara nanti di luar jam sekolah, si guru kedapatan memakai rok mini oleh anak didiknya, sambil asyik ketawa-ketiwi. Hal seperti itu disebut dengan gezag, kewibawaan. Seorang guru akan didengar perkataannya dengan baik dan dituruti nasehatnya oleh anak, bila ia memiliki kewibawaan. Dan kewibawaan itu antara lain terbentuk pada anak, melalui pantulan sikap perilaku dari gurunya, yang layak dijadikan teladan. Lalu, apakah tidak boleh memakai rok mini? Bukankah itu hak azazi? Ini tentu bukan perkara boleh atau tidak boleh. Tetapi, seorang guru TK tidak patut jika kemana-mana memakai rok mini, karena itu akan merusak kewibawaannya sebagai pendidik. Mungkin ada profesi lain yang lebih tepat untuk itu, selain guru TK.
Pun halnya dengan merokok, yang bahkan hingga level SMA, saya yakin tidak ada sekolah di negeri ini, yang menyatakan bahwa sekolahnya membebaskan muridnya untuk merokok. Meskipun pada saat jam istirahat. Beberapa sekolah, bahkan dengan tegas menyatakan sekolahnya adalah sekolah bebas rokok. Dan itu juga berlaku bagi guru-guru, tak hanya murid saja. Nah, alangkah sulitnya bagi kami para pendidik, jika lalu ada pejabat publik, seorang Ibu, yang merokok di depan umum usai baru saja diumumkan menjadi mentri. Bagaimana fenomena ini harus dijelaskan, agar anak-anak tak memiliki alibi, “Kok nggak boleh ngerokok di sekolah? Tuh bu mentri aja ngerokok di istana”.
Atas kejadian di Minggu sore itu, maaf, tak tahan waktu itu saya untuk tak menulis status di laman fesbuk:
Maka, Ibu, jika kemarin sempat ada tulisan yang menyesakkan dada tentang kejadian ‘unik’ yang ibu lakukan di halaman istana, saya yakin ini bagian dari taqdir Tuhan yang Maha Kuasa. Saya juga memaklumi, barangkali Ibu masih terbawa-bawa kebiasaan lama, saat masih menjadi pengusaha yang merdeka. Maka, tulisan di berbagai media itu, anggaplah sebagai akselerasi sarana bagi ibu untuk berbenah diri. Kalau tak ada tulisan itu, mungkin kejadiannya lain lagi. Karena, ibu kini bukan lagi pengusaha biasa atau ibu dari putra ibu sendiri, tapi ibu kini telah menjadi ibu seluruh anak di negeri ini. Menjadi ibu bangsa. Jika pun belum mampu berhenti dari kebiasaan lama (merokok dan menenggak wine), mungkin Ibu perlu sedikit berupaya untuk melakukannya, hanya jika ada di ruang pribadi saja. Sukur-sukur ibu benar-benar bisa meninggalkan keduanya. Ada banyak terapi atau cara yang dapat dilakukan untuk meninggalkan rokok dan miras lho bu, jika ada kemauan. Bukankah kampanye anti rokok juga salah satu program unggulan dari teman Ibu sesama menteri? Silahkan tanyakan pada kolega ibu, Ibu Nila Moeloek, yang diamanahi sebagai mentri kesehatan.
Maaf ibu, jika surat ini mengusik kenyamanan. Tapi inilah ungkapan kegelisahan seorang ibu, yang justru sedang menaruh harapan pada salah seorang Ibu lain yang ditunjuk negara mewakili kaumnya. Saya tetap salut dengan banyak kelebihan dan daya juang ibu yang luar biasa, meski tak mengenyam pendidikan tinggi. Baru beberapa orang yang saya catat tidak memiliki pendidikan tinggi tapi mengukir segudang prestasi di negeri ini, seperti KH Agus Salim, Adam Malik, dll. Semoga prestasi dan kinerja ibu juga akan berkibar seperti mereka.
Namun, jika ada kekurangan, bolehkan kalau saya memberikan masukan? Bukankah, yang namanya teman sejati itu, adalah yang tak hanya pandai memberikan pujian, tapi juga mampu menunjukkan kekurangan? Meskipun saya juga belum menjadi teman ibu. Lha ketemu Ibu aja juga belum pernah. Saya ini siapalah. Tapi sengaja saya tulis surat ini, sebagai tanda sayang saya pada Ibu. Karena bagaimanapun, kita adalah sesama ibu 🙂
Sekian bu, surat dari saya, mohon maaf jika tidak berkenan.
*dari seorang ibu biasa, dengan 3 putri dan 1 putra*
Menyentuh….semoga beliau sadar. Mari kita doakan.
Makasih uni. amiiiin turut mendoakan
Tentang hal yang terakhir itu, Ibu. Sebetulnya Bu, bagi saya pribadi, orang mau merokok sehari 5 bungkus atau menenggak wine bergelas-gelas dalam hitungan jam, tidak terlalu mengusik hati saya……… kom: ini pernyataan apa? standartnya apa?,,,,,,, seakan2 minum wine lebih terhormat daripada merokok ditempat umum,,,, sejak kapan perkara haram (minum wine) bisa menjadi lebih mulia dari perkara mubah (merokok di tempat umum)…… betul2 jaman edan.
Justru kalau bisa gak merokok dan minum wine dimanapun, tidak hanya di ruang publik. Hanya orang perlu berproses utk berubah. Sukurlah jk anda bukan perokok n bukan peminum wine
masukan yang sangat positif
Makasih 🙂
Good job, Mbak Mukti.
Makasih mba lia 🙂
Sangat sangaaaattt setuju Mak. Coba kirim ke rubrik opini/surat pembaca di republika atau kompas mak
Sudah saya kirim di kompasiana kok. Dengan judul yg sama. Semoga aja dibaca. Di twitter juga sdh sya link kan ke bu susi langsung. Smoga dibaca
salut untuk surat ibu ….. media skrg sepertinya sering kali tdk berpihak kepada orang yg bersebrangan dengan yg ada ….. dan pastinya banyak orang yg menjawab “kalo gw liatnya sih itu urusan pribadi dia. yg berjilbab, relijius, tidak kawin cerai, dan tidak ngudut kaya atut ternyata diciduk KPK :mrgreen:” dan apakah presiden kita tdk mempunyai kriteria pendidikan dlm menerima mitra kerjanya? (maaf anggaplah dia blm kenal).
Moga2 beliau bisa menerima, mbak.. Good letter..
Amiiin. Doakan. Surat bgini aja ternyata ada jg yy ngebully he. Bingung
Biar di bully ttp semangat jeng hehehe
Nggiiiih 😀
Lebayyyyy biasa aja keles cewek ngerokok
Bukan masalah merokoknya. Tapi merokok di depan publik oleh seorang pejabat publik. Bisa membedakan?
kalo gw liatnya sih itu urusan pribadi dia. yg berjilbab, relijius, tidak kawin cerai, dan tidak ngudut kaya atut ternyata diciduk KPK
saat mau jadi pejabat publik, ya harus mau sisi-sisi kehidupan pribadinya berkurang, ada normanya, karena jadi panutan. saya dari awal heran sama orang2 yang ngebandingin sama atut. jelas2 gak apple to aplle kok dibandingin. itu kayak mbandingin garam sama asam 🙂
gw dah bosen sama pejabat yg menampilkan unggah ungguh, santun tapi hasil kerja nol, malah nilep uang rakyat. so, untuk pejabat kaya susi yg slengean… i really dont care asal kinerjanya ok.
Yg bgitu jg salah. Yg seperti dilakukan bu mentri jg gak patut. Pejabat publik dituntut 2 hal: kinerja dan attitude. Jangan mudah pesimis mas. Justru surat ini kan masukan utk perbaikan
iya ya. ok deh
itu malah ada yg bawa2 jilbab.jilbab nggak salah om.tapi orangnya yg khilaf.knapa lihatnya selalu dari sudut pandang yg sempit.misal kasus atut.kalau memang jilbab harus dibawa2,perempuan berjilbab yg berprestasi juga seabreg.
ini yg harus digarisbawahi, di bold biar gak gagal paham “Bukan masalah merokoknya. Tapi merokok di depan publik oleh seorang pejabat publik. “
Setau saya, setelah pelantikan berlangsung waktu itu ibu susi sengaja mencari tempat sunyi utk merokok bukan sengaja di depan umum (*sudah diklarifikasi di akun ibu susi), tetapi media yg sengaja mem’blow-up seakan2 itu kesengajaan yg sensasional dari pribadi cuek seorang pejabat publik. Saya juga tdk suka peroko (pun laki2 apalagi perempuan), tapi dalam kasus ini baiknya kita mendoakan media saja agar jgn menggiring opini miring dari msyrkt dari berita bohong. Semoga yg niatnya buruk bertaubat ke jalan yg benar.
Sekarang sdh kelihatan hasilnya kan. Alhamdulillah bliau menyatakan akan mulai berhenti merokok. Itu kan lebih bagus, lebih sehat juga. Yg sudah ya kita ambil pelajaran aja. Positiv thinking aja 🙂
@arkantoet
…Yaah!!
Gak nyambung Boss, ngerokok biasa! Yg jadi masalah situasi dan kondisinya Boss…baca yg benar!
boleh lah anda bilang biasa cewek ngerokok,cuma harus lihat sikonnya.mau merokok habis 5 pak sehari gak masalah.tapi yg perlu digaris bawahi beliau adalah public figure.tidak sepatutnya merokok d depan umum.karna otomatis beliau menjadi teladan orang se indonesia,bahkan anak2.tapi saya salut dengan ptestasi beliau.
wajah mana, wajah kamu iya Arkanoed
lu lebay sompret
Doa aja mas jangan maki-maki 🙂
Terlalu sensi dan rada lebay,beri kesempatan untuk membuktikan diri,baru di kritisi.
Mengkritisi utk hal2 yg sdh jelas perlu diperbaiki bukan lebay. Nanti masalah kinerjanya lain lagi, tetap perlu dilihat lagi apakah bagus atau tidak, perlu dikritisi atau tidak. Jangan campur adukkan attitude dgn kinerja 🙂
Setuju mba Mukti. Kritik yang sangat membangun dan tentu positif untuk beliau.
Makasih yaa dukungannya
ruang kehidupan kan global mbak ada keterkaitan antara attitude dengan kinerja, kenapa nggak boleh dicampur? Ada juga kok menteri sby yang attitudenya baik, agamanya kuat, pinter lagi, tapi juga akhirnya korupsi (jangan nilai besarnya korupsi, sekecil korupsi tetap saja berdosa kan? 😀 ). Kita tunggu saja kinerja beliau 5 tahun ke depan, baru kita dapat mengkritisi. Saya pun juga benci rokok, namun apakah attitude kita lebih baik dari bu siti sendiri, karena mbak muda masih panjang jalan kehidupannya. Apakah bisa menjamin kelak besok mbak tidak merokok atau melakukan keburukan yang lainnya? Rencana Tuhan siapa yang tahu. 😀
lho kalau korupsi ya jelas attitude nya gak baik. aspek attitude kan banyak. kinerja perlu attitude juga, idealnya begitu.
mekanisme menasehati itu kan justru ada karena tiap kita gak sempurna.
nah, pertanyaannya, apakah mbak juga mengkritik menteri tersebut? pissss 😀
mentri yang mana ya? lucu banget kalau lalu saya ditugasin mengirim surat semua mentri yang bermasalah. lha warga negara indonesia ini kan sakjagad abuh jumlahnya, gak saya seorang. sama halnya kalau bapak punya anak terus nasehatin anak, tar ada yang bilang, “pak itu anak2 yang lain juga tolong dong dinasehatin satu-satu., kan masalahnya sama”. gimana pak? are you ready?
bukan menugasi panjenengan, tetapi kalau mbak memberi masukan satu menteri yang merokok harusnya mbak juga lebih berani mengkritisi para menteri yang korupsi di periode sebelumnya. Korupsi kan efek negatifnya lebih menimpa ke masyarakat luas. sedangkan masalah rokok tadi, saya yakin kalau kebanyakan yang menonton pas acara tersebut adalah kebanyakan orang dewasa. mereka tahu mana yang baik dan yang buruk, andaikata ada anak kecil yang menonton tentu menjadi tanggung jawab orang tua dalam mendampingi. kalau anak kecil nggak boleh nonton ya jangan dibelikan tv, itu paling tidak bisa mengurangi dampak dari menonton tv, atau batasi anak dalam menonton. Panjenengan tentu lebih tahu karena menjadi seorang ibu.
Nah itu tugas bersama namanya pak sbg warga negara. Ayo rame2 kita ngasih masukan buat yg sekarang (yg kmarin dah lengser kan urusannya sdh sama kpk) jika nanti ada yg korupsi, rokok, selingkuh dll itu smua kan jadi berdampak negatif sbg panutan. Bapak siap jg nggak kasih masukan? Ayo pak bisa insya Allah
Yg baca internet itu jg remaja-remaji kita lho pak. Anak2 disini bukan usia kanak2 tp putra putri kita. Jd dampaknya jelas ada. Kalau urusan rokok memang bapak2 (apalgi yg jg perokok) biasanya rada2 sulit nerima masukan kecuali kepentok peristiwa apa gitu jadi stop ngerokok. Maaf yaa itu hasil pengamatan sepintas sy
he…he… . Nyuwun pangapunten mbak, kulo tinggal istirahat siang. Kulo niki nopo to mbak, wong mung buruh kasar lulusan sma mawon. Mana mungkin saya berani mengkritisi para petinggi2 negara. Kulo percayakne panjenengan mawon mbak, panjenengan mungkin kan luwh berpendidikan dan punya wawasan luas. Wong jadi kepala keluarga saja masih banyak kekurangan. Saya lebih baik melihat dulu bagaimana beliau2 5 tahun ke depan. Wong yang milih juga bapak presiden, pasti banyak pertimbangan mampu tidak beliau2 ini memimpin. Saya tahu pak jokowi, walaupun saya bukan orang solo tapi sebelah solo, saya bisa merasakan berbagai dampak positif ketika beliau memimpin solo. Dan sampai sekarang pun program2 pak jokowi masih diteruskan oleh penerusnya. Kulo cekapne sementen mawon mbak, mengke ndak malah koyo kusir lagi debat, ra rampung2. Nyuwun pangapunten sanget bila tulisan saya tidak berkenan di hati mbak. Sekali lagi mohon dengan sangat bila tulisan saya tidak berkenan di hati panjenengan. 🙂
Nggih bapake salma. Donga dinonga mawon demi kebaikan semua pak. Daripada mbanding2ke sing adoh2 nggih to. Kula nggih mung ibu2 biasa, makane wanine nggih nyurati ibu2. Mekaten. Suwun sampub mampir mriki 😉
anggap saja bu susi secang grogi mba, people make mistakes
Iya smoga aja bgitu yaa
Setuju mbak. Kemaren saya juga agak merasa kecewa dengan beliau ketahuan merokok di depan umum. Semoga menjadi bahan koreksi beliau untuk menjadi role model yang baik dengan tidak merokok di depan publik. Tulisan yang sangat bagus 😀
Makasih supportnya 🙂
Setuju sekali….semoga ibu mentri bisa menrrima dengan lapang dada,akhirnya dengan secara perlahan dia bisa menghentikan itu,minimal di depan umum, sehingga anak cucu kita bisa memberi semangat buat bekerja keras untuk mendapatkan kesuksesan.dengan tidak berpendidikann tinggi saja bisa menjadi mentri apalagi pendidikan tinggi dan kerja yang ulet pastii akan lebihhh sukses. …Aamiin
Terima kasih ya supportnya 🙂
saya suka dengan surat ini bu , saya awalnya turut senang dan termotivasi agar bisa menjadi sesukses beliau namun saat saya mendengar dan melihat sndri foto-foto bahkan beritanya, saya jadi sdkit kecewa karena beliau tdk bisa membedakan mana yg privasi dan mana yg untuk publik ..
Makasih ya supportnya. Smoga bu susi baca surat cinta ini 🙂
iya bu, jazzakilah khairan ya bu ..akhirnya saya bisa menemukan orang yg satu paham dengan saya masalah attitude bukan masalah prestasinya , saya sll di bully sama fans sebelah kalo saya mengutarakan maksud hati saya yg seperti ini :3 pasti sll dibilang “menilai org jgn dr negatifnya saja tapi dilihat dr prestasinya” yaallah boleh suka tapi jgn sampe menutup mata hati, jika salah ya ditegur jika benar ya dipuji , bukankah begitu bu? Kita kan makhluk sosial yg sll membutuhkan org lain 🙂
Waiyyaki bu hertinda 🙂
Alhamdulillah… tulisan mba sudah mewakili kegalauan sebagian besar masyarakat yang peduli ibu Susi. Jazakillah khairan!
Waiyyaki. Semoga tdk disalahartikan lain oleh banyak orang selain saling menasehati dlm kebaikan 🙂
betul,saya stuju dg mbak mutia,,,kalo pribadi sseorang dia perokok,itu sih gak mslah,tp disini beliau kan sdh jd mentri,,wajar sja masukan mbak mutia,masukan yg positif bukan menjelekkan beliau,yg baca tlg positif thinking dong,,,
Makasih mba yance sdh ikut berikan dukungan. Mengkritisi kan bukan berarti benci ya, justru karena sayang 🙂
terkadang dengan merokok dapat memberikan inspirasi untuk memberikan manfaat bagi orang lain walaupun merusak pribadi si perokok tersebut. tetapi terkadang pula yang jaim malah berfikir bagaimana memperkaya diri sendiri dan berbuat keburukan bagi orang lain…..
Secara tinjauan kesehatan sudah jelas kok
Merokok, minum wine sebenarnya sudah merupakan kesalahan besar. Tapi karena kedua hal tersebut sudah menjadi kebiasaan banyak orang dan tidak di muatkan dalam hukum dunia maka orang tidak menganggapnya sebuah kesalahan. Sangat benar sekali, betapa tidak baiknya seorang Ibu Menteri merokok. Kerja cerdas harus diimbangi dengan sikap baik baru bisa dikatakan sukses sejati. Merokok dan minum wine adalah cara membunuh diri secara lambat. Hidup ini ada banyak hal yang tidak berguna dan dilaksanakan orang. Apa manfaat dari rokok dan wine? Apa kekurangannya? Harusnya kita bisa berpikir dulu sebelum bertindak, apalagi seorang Ibu Menteri masih banyak hal yang harus dilakukan dan beresiko jadi harus bisa berpikir cerdas. Ibu dulu hidup untuk sendiri, srgala resiko yang terjadi adalah urusan sendiri, sekarang adalah urusan negeri. Terima kasih juga Ibu mau meluangkan waktu untuk mengurus negeri ini.
Terima kasih pak sudah mensupport
setuju bunda….
semoga ibu mentri kita membaca dan mendukung surat bunda
karena pendidikan generasi bangsa adalah tanggung jawab bersama, bukan hanya pendidik dan mentri pendidikannya saja
Amiiiin terima kasih sudah mrnsupport ya
mungkin ambil hikmahnya si menteri harus belajar bersikap dan si ibu jangan cekoki dengan tontonan tv bu…….anak -anak kita jangan diisi dengan tontonan tv aja. apa anak kita faham menteri adalah saat pemilihan bersejarah ga bu. kita yang dewasa yang paham
Mba utari sdh punya putra/putri belum ya? 🙂
belum :), apa orang belum nikah tidak boleh berpendapat ?
Sekedar nanya aja. Masalahnya bukan tontonan tv tp publik figur yg attitude nya perlu diperbaiki. Tentang diet tv utk anak itu bahasan yg lain lagi 🙂
boleh nanya apa seorang metri itu panutan atau guru, apa bedanya dengan menteri yang korupsi ? Guru itu yang diliat anak setau saya yang dipelajari dari sekitarnya. Saya belajar dari ponakan saya yang 4 orang yang saya cintai
Mentri itu abdi negara mba. Menjadi panutan bangsa. Guru juga panutan, dalam skala kecil.
Salut dg suratnya bu. Smg bu menteri membaca & sampe ke hatinya. Smg bisa memperbaiki attitude_nya. Sebagai ibu bangsa beliau jg bertanggung jawab terhadap moral & akhlaq bangsa terutama anak negeri. Generasi penerus bangsa selanjutnya.
Bukan masalah kinerja_nya beliau, kami percaya dg keuletan, kegigihan & prestasi beliau mampu mjd ibu menteri.
Sy jg blm punya putra bu, tp sy tau & punya pengalaman betapa susahnya mendidik anak, sebagai guru & tante dr keponakan2 tercinta.
Betapa susahnya di era digital ini mendidik anak2. Mungkin orang tua bisa melakukan diet tv maupun benda2 digital yg lain. Tp saat anak berada di lingkungan, maka yg terjadi adalah apa yg mereka lihat & mereka dengar.
Sebaik2nya cara mendidik orang tua & guru seringkali terkalahkan oleh panutan dr media & lingkungan.
Smg para pemimpin2 qta bisa di jadikan panutan2 anak2 negeri sang penerus tongkat kepemimpinan generasi selanjutnya.
amiiiin. Smoga ya mbak… Kita doakan sama2
Baik itu korupsi maupun merokok depan umum, minum wine, dan bertato , buat saya bukan hal yg layak dibandingkan. Karena menurut ajaran agama saya keduanya adalah haram. Dan tidak baik untuk diteladani. 🙂
Lagipula sepertinya saya tidak membaca satupun kalimat di tulisan di atas yang menyatakan bahwa korupsi itu lebih baik daripada merokok depan umum, minum wine, dan bertato.
Semoga mba Utari mengerti maksud saya. 🙂
sugoi…..kono tegami wa… GAMBARE….
Waduh artinya apa ya? Sy gak ngerti basa jepang 😀
Bagus sekali Mbak, kritik membangun. Memang harus dibiasakan masyarakat kita untuk memberi input/kritik tanpa bermaksud utk menyakiti tapi masukan yang positif. Negara demokrasi kan 😉
Makasih pak hasibuan. Smoga mensyen sy di twitternya dibaca 🙂
hmmm…semoga ibu mentri membaca tulisan ini dan bertobat
Amiiin. Smoga ya mba
benar-benar satu masukan yang sangat baik….mudah2amn ibu mentri dapat memahami.
Amiiin. I hope so 🙂
Kritik yang adem dan menyejukkan. Mudah-mudahan disikapi dengan positif oleh bu Susi dan yang bersimpati pada bu Susi, mbak. 🙂
amiiiin. mari kita doakan 🙂
Suka banget dengan tulisan mba yg menurut saya sangat Objective, ketika org2 sibuk menghujat dan menghina beliau krn kebiasaannya, krn strata sosial dan pendidikannya, cuma atas dasar politis, krn beliau ada di barisan yg bukan mereka dukung, dan menutup mata ttg prestasi beliau. Dan juga ketika org2 sibuk memuji dan membela beliau dgn membabi buta sampai melupakan dan mentolerir masalah norma, kepatutan dan teladan yg harus dilakukan untuk seorg publik figure. Good Job mba Mukti! memberikan sudut pandang yg objective dan seimbang justru menunjukan tingkat intelektual dan kepandaian seseorang.
terima kasih. ya memang prestasinya bagus, kita perlu akui kan. tapi jika ada kekurangan, kan boleh juga ngasih masukan. bukan berarti kita sudah sempurna. justru itu kan fungsinya saling menasehati, utk saling memperbaiki kekurangan. semoga masukan ini beliau terima dengan legawa 🙂
Bisa jadi bu Susi lupa kalau sekarang udah jadi menteri, kasih kesempatan ybs utk adaptasi dg status barunya. Mudah2an ke depannya makin sadar perannya sekarang tiap saat jadi sorotan publik shg perlu berhati-hati dalam bersikap, termasuk perlu menjaga image sbg menteri :).
betul, makanya di surat saya katakan, “saya memaklumi, mungkin masih terbawa kebiasaan lama”. Nah sekarang perlu lebih berhati-hati 🙂
setuju dengan tulisan mbak,tapi sayang kenapa mbak mendiskreditkan profesi yg lain dalam penulisan artikel ini?
dalam tulisan ini tersirat kalau rok mini itu bukan hal yg positif dan hal ini boleh dilakukan kalau dilakukan oleh artis atau pengusaha konveksi??mungkin kalau artis mbak bisa berasumsi berdasarkan tuntutan skenario dll lha kalau pengusaha konveksi??apa korelasi mereka dengan pemakaian rok mini?
jadi alangkah bijaknya kalau kita mengkritik hal yang tidak positif tanpa menegatifkan profesi lain
Maksudnya selain guru tk. Ibu2 rt jg boleh aja. Tp kan gak semua bisa disebutkan makanya dll. Maaf nanti sy edit deh. Makasih ya masukannya 🙂
Menurut saya beliau bukan menteri pendidikan atau menteri kesehatan sehingga harus memberi teladan tidak merokok, atau bukan pula menteri agama sehingga tidak wajib pula memberi teladan tidak minum minuman beralkohol.
Memang beliau bukan sosok wanita yang memiliki kebiasaan yg bisa membuatnya disukai oleh kita masyarakat “timur” tp sekali lagi, tidak relevan antara isi “surat cinta” dr Anda dengan jabatan beliau sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan.
Bicara teladan, berapa banyak dari kita yg menonton siaran saat beliau merokok? Bukankah lebih banyak yg menonton infotainment yg membahas kehidupan artis dgn kebiasaan yg lebih nyeleneh?
Berapa kali Anda dengar anak2 kita menirukan gaya seorang menteri? Bandingkan dengan banyaknya anak2 yg meniru gaya artis idolanya.
Memang hak Anda utk berpendapat, tp bagi saya, beliau punya kehidupannya sendiri yang membentuk dirinya hingga menjadi sosoknya yg sekarang. Saran saya jangan menilai seseorang dari kebiasaannya yg tidak ada hubungannya dengan jabatannya. Beliau tdk melakukan kejahatan kepada masyarakat dengan kebiasaannya merokok ataupun minum wine. Janganlah menjadi seperti orang kebanyakan yg kepo membahas sisi buruk seorang public figure ketimbang menonjolkan sisi positifnya.
Mentri apapun, itu pejabat publik lho mbak. Menjadi panutan publik. Kalau bukan sbg pejabat publik, sy gak terlalu peduli sebenarnya. Di sekolah kan nama2 mentri aja diajarkan toh. Dan anak2 sekarang itu melek internet. Anak2 bukan berarti usia kanak2 lho yaa bisa juga yg sdh remaja. Memang kinerja berbeda dgn attitude & pejabat publik dituntut 2 hal tsb. Imho 🙂
Setuju banget…. 100 % I like it
Coba baca lagi dgn hati jernih. Mba lisa atau mas anton perokok kah? Memberi masukan tdk berarti membenci seseorang lho ya. Jangan antipati dulu dgn kritik 🙂
Whaalaaaah… ga nyambung benget nih. Sang penulis tdk memperdulikan soal kebiasaan pribadi sang tokoh jeeeng ! Sang penulispun sdh sampaikan kekagumannya atas prestasi sang pejabat. Yg jd masalah, berikan tauladan kepada teman pejabat yg lain dan publik dg etitude yg baik laaah. Itu maksudnya. Jangan nyimpang dr topik lah. Pembelaannya kagak singkron malah bias nya kemana-mana. Emang ga lulus SMP juga yaa.. sorry kalo emang bener ya saya maklumi aja. Ok
Terimakasih Ibu Mukti, Semoha Tulisan ini tidak hanya bermanfaat buat ibu Mentri saja, tapi juga para Ibu di seluruh Endonesia. Very Inspiring…
Terima kasih mas guruh 🙂
Saya sgt mengapresiasi tulisan ini krn intinya mengajak kebaikan, tapi maaf aga beda dikit komen saya, kok saya kurang nyaman ya dg bbrp statement yg aga ‘stereotype’ atau cenderung mendiskreditkan profesi tertentu…terutama dalam kalimat berikut: “… orang mau merokok sehari 5 bungkus atau menenggak wine bergelas-gelas dalam hitungan jam, tidak terlalu mengusik hati saya. Apalagi jika dia artis atau pengusaha, yang dikabarkan kehidupannya tak jauh dari dua benda itu”
Dan juga bagian ini “Tetapi, seorang guru TK tidak patut jika kemana-mana memakai rok mini, karena itu akan merusak kewibawaannya sebagai pendidik. Mungkin ada profesi lain yang lebih tepat untuk itu, artis, atau pengusaha konveksi.”
Seolah2 profesi tertentu diasosiasikan dg perilaku/attitude tertentu, padahal banyak pengusaha yg ga menggunakan “dua benda itu” atau pengusaha konveksi yang memakai “rok mini”.
Maaf apalagi kalo sbg pendidik hal ini kita transfer ke anak2 cukup berbahaya lho… Sy sgt sepakat kalo concern nya attitude, tapi mgkn bs dilakukan tanpa harus mengatakan profesi ini berattitude baik atau ga, karena setau saya attitude itu nempel ke orangnya bukan profesinya… Dan Rasulullah serta para sahabat pun pengusaha sukses lho mba (mohon koreksinya kalo saya salah) tapi tentunya punya attitude yg jd panutan kita.
Dengan segala hormat, maaf kalo komennya panjang dan kurang berkenan
Sudah saya edit mbak. Ada yg kurang lagi? Makasih masukannya yaa 🙂
Sungguh surat cinta yang menyentuh hati dan mewakili perasaan kami. 🙂
Terima kasih yaa sudah mampir
tulisan yang bagus … semoga ibu menteri membaca ya bu ….
terimakasih. semoga 🙂
Semoga dibaca oleh bu Susi dan bisa menyentuh hati beliau ya, Bu.
Saya terus terang merasa pedih dengan fakta ini. Dan tahukah yang lebih menyesakkan hati? Di luar sana banyak yang tidak setuju jika hal ini diangkat dan dipermasalahkan. Mereka membela habis-habisan bu Susi. Mereka menyepelekan perilaku kurang pantas ini karena dianggap masih jauh lebih baik daripada tindak korupsi. Dan para perokok jadi seperti merasa di atas angin.
Apa yang terjadi pada moral bangsa kita sekarang ini, Bu? Saya sedih betul….
Iya smoga dibaca. Sy jg jd agak bingunh dengan logika yg diputarbalikkan. Ada apa ya. Tp apapin sy hanya berharap ada pembenahan, antara lain dgn memberi masukan seperti ini
terimakasih buat respon & editannya mbak, jadi dari peristiwa inipun menurut pendapat pribadi saya siapapun bisa berbuat khilaf
mbak yang sudah lama berprofesi sebagai seorang pendidik dan berpengalaman pun bisa kepleset memberi narasi dengan mendiskreditkan profesi lain tapi untungnya mbak masih punya kesempatan untuk mengedit sehingga bisa menghentikan polemik yang mungkin lebih banyak muncul jika tidak diedit.
mungkin andai kata ibu Susi pun mempunyai kesempatan mengedit seperti mbak bisa jadi beliau akan mengedit perilaku merokoknya didepan media apalagi beliau masih awal banget menjabat sebagai menteri yang mana saya rasa beliau sendiri juga pasti kaget mengetahui efek dan respon dari perilaku beliau tersebut.
jadi saya pikir setelah mengetahui efek dari peristiwa ini beliau masih melakukan hal yang sama lagi berarti bukan khilaf dan selayaknya kita pemerhati masa depan anak2 berhak melayangkan keberatannya
semoga berkenan
salam
Oh iya betul kan hanya Rasul yg terjaga dr kesalahan. Makanya itu perlu mekanisme saling menasehati dan saling memberi masukan to? Makasih ya masukannya. Nah bu susi jg bisa mengedit kok dgn memperbaiki perilakunya setelah ini. Itu yg kita harapkan bersama tentunya 🙂
Mdh”an bs membuka mata dan menyadarkan semua perempuan, ttp semangat ya jeng Mukti, sekalian ijin share 🙂
amiiiin. Nggih monggo kalau mau dishare
Sangat objektif…. Moga dibaca dengan hati krn yang dari hati hanya sampai kehati juga
amiiiin. Terima kasih ya sdh mampir
mungkin perlu sedikit ralat, berdasarkan sumber yg valid:
1. beliau berhenti sekolah bukan karena jenuh..tp dikeluark karena golput. masa itu, golput itu dilarang.
2. beliau punya 3 anak, bukan cuma 1.
Ohya terima kasih. Boleh tahu link nya mba? Biar bisa saya perbaiki
tidak perlu link ya, sumbernya hidup..tdk bs di link :-). kebetulan saya orang pangandaran
Okay terimakasih infonya 🙂
Jujur, saya seorang perokok. Sudah banyak orang yang mengingatkan saya untuk berhenti merokok. Dengan berbagai cara dan gaya, ada yang kasar ada yg sopan. Postingan surat ini menurut saya termasuk cara mengingatkan yang cukup sopan, fair, serta jelas latar dan arahnya. Meskipun surat ini tidak ditujukan buat saya, tapi saya merasa diingatkan oleh surat ini. Kalo saya jadi Bu Menteri dan para pendukungnya, harusnya surat macam ini bisa dijadikan sarana untuk mengevaluasi dan memperbaiki diri. Bukan malah sebaliknya. Sebagai anggota kabinet revolusi mental, pemimpin tak cukup hanya dengan kinerja bagus. Masyarakat juga akan menuntut integritas, kepribadian, perilaku harian seorang pemimpin. Bahkan kadang termasuk kehidupan pribadi pejabat. Ingat, begitu kita menerima tugas, kewajiban, kewenangan dan tanggungjawab tertentu, maka ada konsekwensi pula pejabat harus rela berkurangnya sebagian hak-hak pribadi kita. Selamat bekerja Bu Menteri. Banyak hal hebat yang bisa saya teladani dari Ibu. Mari berlomba dengan saya untuk berusaha berhenti merokok. Setidaknya di depan umum.
Makasih banget mas aristo mau komen mewakili yg merokok. Surat ini sengaja sy tulis dgn bahasa yg sesopan mungkin (semampu saya) dgn harapan benar2 dibaca beliau dan lalu ada perubahan. Sukur2 jika mampu menggerakkan para perokok yg lain. Senang sekali dgn komentar anda mas 🙂
Mbak Mukti
Saya juga sempat agak gusar ketika pertama kali mengetahui berita tersebut, ibu mentri merokok di mata publik. Saya punya seorang putra. Saya paham perasaan anda sebagai orang tua, terlebih anda juga seorang pendidik.
Namun semenjak menjadi orang tua, saya belajar untuk tidak gampang gusar dengan perilaku orang lain. Bukankah itu indahnya menjadi orang tua, mbak? Bagaimana kita dengan bijak dan sabar memberikan pengertian, tak habis-habisnya mengarahkan dan memberi nasehat kepada anak-anak kita, dengan kalimat simpel saja, bahwa sesuatu yang buruk tidak harus ditiru. Maka tirulah yang baik dari orang itu.
Hal itu berlaku ke semua orang kan, mbak? Tak terkecuali para abdi negara, yang notabene hanyalah manusia biasa, yang punya kelebihan dan kekurangan. Salah satu hal yang sangat penting juga ditanamkan ke anak-anak kita. Bahwa setiap manusia adalah pribadi yang unik. Tinggal bagaimana kita mau melihat dan mengapresiasikannya dari sisi positif.
Coba mba simak baca lagi deh surat ini dr awal. Apakah tampak gusar? Ini kan upaya saling menasehati dgn kesabaran (semampu saya) persis seperti yg mba sampaikan pd upaya kita dlm mendidik anak2. Justru krn tiap kita ada kelebihan dan kekurangan, maka mekanisme saling menasehati diperlukan. Jd, di bagian mana yg gusar? 😀
Saya tidak bilang anda yang gusar. Saya sedang bercerita bahwa saya yang gusar. Apakah tulisan saya terkesan menuduh anda yang gusar? Maaf kalau anda jadi berpikir seperti itu, saya tidak bermaksud. Yang saya sebut gusar tak lain dan tak bukan adalah diri saya sendiri 🙂
Oya, kalau menurut pendapat saya, para wartawan dan stasiun televisi juga ikut tanggung jawab terhadap publik, karena telah menayangkan siaran yang membuat kontroversi tersebut. Bukankah mereka sebagai orang media seharusnya juga bisa memilah, mana yang pantas untuk ditayangkan atau tidak?
Iya. Smua kita memiliki tanggungjawab. Dan surat ini jg sy maksudkan sbg bentuk tanggungjawab sosial sy. Semoga bisa dipahami 🙂
Setuju, tulisan yang baik, semoga ibu mentri ini menyadari bahwa tindakan nya ini tidak patut, karena beliau sudah menjadi pejabat publik dan menjadi sorotan, semoga beliau menyadari kekeliruannya
Amiiiiin. Semoga. Itu harapan kita semua
Ahh, suka sekali bacanya. Sejak Ibu Susi kepilih kemaren kayanya baru tulisan yang ini yang enak banget dan nyaman jatuhnya di hati. Makasih ya bu guru, jadi merasa terwakili uneg-unegnya dengan surat ibu ini. Semoga negara kita akan senantiasa dilindungi dan diberkahi Allah SWT, amin.
Makasih juga ya sudah mensupport 🙂
Ibu mukti yg baik hati dan teladan masyarakat sbg pendidik. Maaf sbelumnya saya sampaikan bahwa org2 pebisnis sperti ibu susi atau gol profesional, sering saya temui dilapangan bahwa mereka hanya fokus pada pekerjaan dan hasil kerja yg maksimal, bukan penampilan, bukan etika bahkan tata bahasa, jujur bu… justru saya lebih respect sama org2 sperti ibu susi dari pada org2 sperti yg ibu maksud, yg tdk tau tempat publik dan privat utk skedar merokok. Dan lg beda bidangnya bu, ibu sbg pengajar dan panutan masyarakat yg baik memang harus mendidik dan jadi panutan yg baik pula. Sedangkan org sperti ibu susi adalah org yg pengen pekerjaan dan tanggung jawab selesai dgn hasil yg maksimal. Utk dikabinet pa jokowi mungkin org2 sperti ibu susi inilah yg dibutuhkan saat ini, bukan org2 yg sperti ibu maksud. Krn yg sudah2 org2 yg sperti ibu maksud ujung2nya masuk list daftar KPK. Skian dan salam damai indonesia.
Bagi pejabat publik apalagi setingkat mentri, justru kefua hal perlu: kinerja dan attitude. Meremehkan attitude atau nilai moral bisa menjadi awal runtuhnya bangsa ini. Saya sih berharap tdk sekedar tau tempat mana publik mana privat tp benar2 berhentu merokok dan minum wine. Toh secara kesehatan gak ada yv menyangkal bahwa 2 benda ini berbahaya. Jd jangan bandingkan jg dgn koruptor2 yg sdh di kpk. Itu beda lagi bahasannya dan sudah jelas dimana pelanggarannya
terima kasih sudah mewakili ke galauan kami sebagai seorang ibu biasa…. semoga bu mentri berlapang dada dan semoga menjadi lebih baik dan lebih baik lagi….
amiiiin. Semoga yaa. Makasih sdh mampir
Saya setuju dengan pendapat mbak mengenai bahaya rokok, terutama karena saya juga termasuk aktivis antirokok. Saya juga setuju bahwa tidak masalah Bu Susi tetap merokok (walaupun akan lebih baik kalau berhenti) asalkan dilakukan di ruang pribadi, karena terlepas dari apakah itu disiarkan dan dijadikan panutan atau tidak, kita juga masih harus mempertimbangkan rekan-rekan wartawan yang mungkin ada yang tidak merokok, sehingga tidak sopan dan sungguh merugikan bagi wartawan tersebut kalau Bu Susi seenaknya merokok di sekitarnya.
Tapi, menurut saya, alangkah baiknya kalau surat ini ditunda dulu. Dengan membanjirnya celaan dari pihak-pihak lain, surat ini mungkin cuma akan tenggelam dan tidak terbaca. Lebih baik kita tunda sampai masalah rokok-merokoknya Bu Susi ini reda, barulah kita sampaikan via nomor kontak yang disediakan. Semoga dengan cara itu saran-saran kita lebih efektif sampainya ke telinga Bu Susi.
Ah, satu lagi, saya kesal sekali dengan banyak orang yang saya lihat statusnya di media sosial dua-tiga hari belakangan ini. Heboh sekali menghujat Bu Susi hanya karena rokoknya, tapi tidak tergerak untuk menghujat abang supir angkot yang sama-sama merokok juga. Padahal, dipikir-pikir, Bu Susi ngerokok tapi uangnya toh berlebih untuk menyekplahkan anak dan hidup makmur secara materiil, menjabat peran penting pula di negara ini. Sedangkan supir angkot yang hidupnya susah secara materiil, suka menyusahkan orang pula, ditambah ngerokok berbatang-batang sehari yang bujetnya membuat istri di rumah harus menghemat biaya makan dan sewa kontrakan, tidak dihujat, malah dibiarkan saja dan dianggap wajar. Anehnya negara ini.
Surat ini sudah langsung sy mensyen ke beliau kok mba sejak awal. Dengan harapan dibaca dan menjadi bahan instropeksi. Akan halnya perokok2 lain lg, sebetulnya himbauannya sama, hanya kalau rakyat biasa kan efek dominonya tdk banyak. Nah kalau pejabat publik tentu beda, jadi panutan anak bangsa 🙂
Reblogged this on :: Zulfi Ifani's Blog ::.
Semoga bu susi membaca surat ini mbak melalui mention mbak ke twitter beliau. Saya sependapat dengan ide untuk membatasi melakukan hobinya di ruang privat.
Sy malah berharap lebih dr itu. Kalau bisa berhenti merokok dan minum miras. Sy berdoa utk itu 🙂
mantappppp…!!!! setuju ama ibu
Makasih ya dukungannya 🙂
Terimakasih masukannya jeng mukti, semoga didengar sm ibu mentri ya jeng, aamiin 🙂
Amiiiin. Makasih jg sdh mampir yaa
mba salut ya sama tulisannya.saya jg punya seorang putra dan bingung bgt nanti klo suatu saat dy blg “merokok ga ada masalah bu.yg pnting kan nilaiku bagus, aku baik, tidak pernah melakukan hal2 yg tidak ibu suka.nah liat bu menteri, beliau bagus kerjanya, merokok sedikit kan ga masalah toh bu??”yah intinya kita sebagai orang tua jaman sekarang harus pintar2 melindungi dan mendidik anak2. sinetron ga bagus, ada acara kartun tp selingan iklannya ga mendidik, nonton berita dapatnya berita kyk begini.susah ya mba?semoga kita selalu diberi kekuatan oleh Tuhan utk mendidik anak kita menjadi anak kesayangan Tuhan dan berguna utk bangsa ini.amiinn
amiiiiin. Mari terus saling menguatkan bun 🙂
Bu, surat ibu bagus sekali, smg ibu menteri kita mau instropeksi, dan kita doakan smg mendpt hidayah Allah. Kalau soal kerja beliau ini hebat banget. Tujuh tahun lalu saya sempat ngobrol dgn beliau disatu seminar di Bali, setelah beliau jd nara sumber, sy sempat mbatin, andaikan dia jd pejabat pasti hebat banget, krn dia paham bener dgn apa yg dikerjakannya untuk mengembangkan kehidupan nelayan dan masyarakat sekitar pantai.
Amiiiin. Iya kalau kinerja sdh kelihatan kok. Semoga bisa dilengkapi dgn attitude yg baik 🙂
benar sekali Ibu mukti, merokok adalah hak setiap orang. Tp kalau sudah menjadi publik figur sudah beda lagi harus menjaga atititude apalagi perempuan yang notabene sudah tau dampak buruknya merokok. Saya pernah melihat perempuan cantik tapi setelah saya melihat dia merokok saya langsung ilfil melihatnya.
Iya terima kasih yaa utk dukungannya
anak itu belajar dari apa yang mereka lihat, mereka dengar…intinya mereka belajar dari teladan….
sedih…sedih….sedih…. sementara para pendidik bekerja keras mendidik anak2nya untuk berperilaku baik, disisi lain ada “figur” yang menjadi sorotan publik, mencontohkan hal yg kurang baik. (baca: merokok)
padahal di negara maju orang2 sudah MALU UNTUK MEROKOK. sudah sadar akan pentingnya kesehatan, dan mengakui merokok merupakan perilaku buruk yang mereka sembunyikan dari anak2nya. Sedangkan di negara tertinggal, merokok memang udah jadi hal yang lumrah/biasa.
Sayang banget..indonesiaku salah satunya, orang masih aja ngga tau malu merokok sembarangan, dan itu menunjukan ketidakpedulian dan ketaktahu-malu’an pribadi2 yang sudah KECANDUAN ROKOK itu. perokok itu EGOIS, gak liat ada anak2 atau orang yg mungkin punya asma….di mana aja ngisap rokok….*hmm..rokok sama narkoba sama aja eaaa…bikin candu dan merugikan!!!!!
Iya. Sama2 kita prihatin. Semoga ke depannya lbh baik ya mbak
Indah banget surat cintanya bunda,,,obyektif dan InsyaAllah bu susi tdk akan tersinggung . byk sekali para pendukung pak jkw yg marah atas kritikan thd bu susi,,pdhl yg dikritik adlh mslh attitude bkn kualitasnya,,mgkn dg membaca surat cinta ini mrk paham bahwa kritikan ini bkn ketidaksukaan atas pemilihan beliau sbg menteri tp hanya sebuah kritik untuk kebaikan atas perilaku beliau yg “tdk pantas” dilakukan oleh seorang pejabat publik.salut buat bu susi,,salut juga buat bunda mukti
Makasih zizah yaa sdh mampir n ngasih dukungan 🙂
Sebuah tulisan yang menyentuh, dan saya sungguh sepakat dengan pandangan panjenengan. Terimakasih telah menuliskannya dalam bahasa yang indah. Semoga berkah senantiasa tercurah bagi panjenengan, keluarga, dan para anak didiknya. Aamiin.
amiiiin terima kasih dukungannya ya pak
Setuju bu… dengan tulisan ibu, saya tambahkan aja ya, sebaiknya media (termasuk internet) juga bisa memilah berita, gak perlulah gambar bu Susi lagi sedat sedut dishoot berulang-ulang, secara dia adalah publik figur, semoga beliau mau memahami kegalauan kita, para ibu Indonesia
amiiiin. semoga setelah ini ada perubahan yg lbh baik ya
Bisa dirubah itu mah,,,masukannya sangat baik dan bagus tapi kalau lbh bagusnya datang ke ibu mentrinya biar beliau juga paham. krn mungkin sdh terbiasa cuek dengan merokok jadi pas diangkat menjadi mentri masih terbiasa juga. smg saja dapat berubah dgn baik serta bisa menunjukan kinerjanya. Saluttttt dan yg terpenting bawa INDONESIA lbh baik.
Sdh dimensyen langsung di twitternya kok
(Y) (Y) (Y) (Y) (Y)
🙂
Subhanalloh mbak.. Makasih telah mewakili hati kami seorg ibu.. Bagaimana kami bs menasehati anak kita klo yg dia liat di tv begitu.. Tolong kalo komentar jangan tll mendewakan seseorg toh beliau jg manusia yg punya salah n kita sesama umat manusia hrs saling mengingatkan.. Bahkan yg semakin miris komentar disangkutpautkan dg hijab.. Tolonglah jangan mendewakan seseorg melebihi allah yg maha kuasa..
Amiiiin terima kasih ya sdh mensupport
Saya lebih menghargai seorang menteri (wanita) yang merokok tapi mampu bekerja keras, daripada anggota DPR yang kerjanya main wanita tapi kerjanya hanya duduk manis atau marah2 di ruang sidang dan tidak menghasilkan apa2.
Itu perbandingan yg gak apple to apple mas. Sbg mentri tetap dituntut attitude dan integritas tinggi, selain kinerja. Kalau jd rakyat biasa mah terserah 🙂
setuju mba. saya rasa kritik yang membangun diperlukan oleh semua orang, agar lebih baik lagi ke depannya. tapi, yah namanya kritik perlu jiwa besar untuk menerimanya. semoga bu mentri kita berjiwa besar pun dengan teman2 yang kontra. ini,surat ini saya pikir benar2 kritik yang membangun. alangkah beruntungnya seseorang yang diberikan surat cinta semacam ini…
amiiin semoga bliau berlapang dada
tidak ada korelasi antara meroko di muka umum dengan apa yg harus anda jelaskan ke anak anda atau anak2 yg lain, saya juga punya seorang anak bu, kalo ini jadi masalah lalu berapa ribu kali anda harus menerangkan ketika anak anda melihat seorang dewasa merokok di depan anak anda? ini adalah seorang mentri, yang akan di tuntut tanggung jawabnya adalah bagaimana kinerja beliau bukan cara beliau berhadapan/berkelakuan di depan publik..
Justru karena seorang mentri mas, maka tdk hanya dituntut kinetja tapi juga integritas, attitude yg layak dijadikan panutan 🙂
Setuju bu..
Btw, iklan rokok pun di tv gak ada yg menampilkan org merokok secara langsung. 🙂
Makasih yaa
Semoga dibaca bu susi, setuju bgt
td pagi baru dapet pertanyaan dari sepupu saya dia kelas 6SD “mbak, menurut berita di tv ada yah menteri kita yg Merokok sambil di liput? Kata ayah, kalo jadi anak perempuan itu ga boleh ngerokok kan yah , kok dia ngrokok sih ? trus katanya kalo jadi orang besar itu harus punya sopan santun? Dinda di sekolahan juga diajarin sopan santun walaupun bukan sama orang yg lebih tua . Brt besok kalo aku jd orang besar sopan santun ilang jg gpp ? kan biar kaya Ibu menteri itu toh dia juga kaya raya” -_-
lalu saya harus jawab apaaaaaa mba Lisa ??????
Kalo masalah attitude aja anak kelas 6 SD udah kritis banget lalu bagaimana kalo ada anak lain yang tanya “Bu Susi gak tamat SMA aja bisa jadi menteri kalau begitu saya gak usah sekolah tinggi2 aja ya?” Lalu kami orang tua harus jawab gimana bunda???
hehe. tapi saya gak bahas soal itu di surat ini
iyaa bu , saya juga khawatir sama pertanyaan selanjutnya dr sepupu saya . Anak jaman sekarang kan beda dg anak dulu , anak jman skrg lebih kritis dan cenderung lebih bisa meniru apa yg menjadi teladannya. Seorang menteri juga otomatis sudah menjadi panutan bukan ? toh beliau juga sudah sukses dalam bberapa prestasi nya , saya juga turut bangga kok. Cuma yg jd masalajnya itu, yg menonton tv bukan cuma orang dewasa yg bisa memilah-milih atau bukan cuma balita yg blm tau apa.apa tapi kan yg menonton juga anak” yg sudah bisa mengerti dan paham, saya takutnya justru mereka salah mengartikan hal yg lain mbaak , saya turut sediih ..
Iya bun kita ngejawabnya memamg harus berpikir panjaaaang dulu biar anak jg gak salah tangkap. Mungkin kalimatnya ibu susi sperti yg dikutip unilubis di media itu bs disampaikan 🙂
Ademmmm….perlu kecerdasan yg tinggi menulis surat terbuka spt ini Bu Mukti…..Semoga yang membaca nya, baik Ibu Mentri maupun qt rakyat jelata diberi kejernihan hati..untuk melihat dari sisi positif…terima kasih Bu sudah mewakili semua yg ada di hati tp tak mampu tertuang dalam kata-kata….
Amiiin smoga benar2 dibaca yaaa
Keren bu, saya setuju dengan ini
Terima kasih ya dukungannya 🙂
Semoga yaa makasih sdh mampir 🙂
setuju sekali dengan tulisan ini. Ini yang disebut kritik membangun, bukan kritik menjatuhkan. Semoga bu menteri adlh seorang pemimpin yang mau menerima kritikan dr masyarakat biasa dan bukan hanya mau menerima pujian saja. Karena yang benar tetap harus dikatakan benar dan yang salah harus dikatakan salah. 🙂
amiiiiin smoga yaaaa
Saya salut dengan tulisan mba, mengkritisi, karena memang manusia yg diliat dr sisi yg kurang nya. Apakah atitute hanya merokok??? Kenapa mba tidak memuji tentang pakaian nya??? Kenapa mba ga memuji tentang ucapan atau tingkah laku dan sopan santun terhadap wartawan??? Saya rasa harus nya sedikit berimbang mba kalo menilai sesuatu, karena memang kita tidak melihat langsung, hanya kata nya, iya kan mba????
Attitude ya banyak. Salah satunya yg sedang dibahas. Kalau semua dibicarakan bisa jadi buku nanti bukan surat lagi. Sy jg sdh mngungkapkan sisi2 positifnya kok dan saya salut utk itu. Tp kekurangan yg perlu dikritisi ya gak perlu ditutupi. Simple ajja 🙂
Judulnya Ganti klo begitu… Surat Teguran sajaaa
Galak amat mba 🙂
Whaalaaaah… ga nyambung benget nih. Sang penulis tdk memperdulikan soal kebiasaan pribadi sang tokoh jeeeng ! Sang penulispun sdh sampaikan kekagumannya atas prestasi sang pejabat. Yg jd masalah, berikan tauladan kepada teman pejabat yg lain dan publik dg etitude yg baik laaah. Itu maksudnya. Jangan nyimpang dr topik lah. Pembelaannya kagak singkron malah bias nya kemana-mana. Emang ga lulus SMP juga yaa.. sorry kalo emang bener ya saya maklumi aja. Ok
Happy bacanya,
Tulisan ibu mature, saya yakin ibu juga mature. Saya senang melihat bahwa Indonesia memiliki pendidik yang dewasa, memiliki sudut pandang yang bervariasi, tidak menghakimi dan yang pasti keibuan.
Betul bu, mengkritisi tanda sayang 🙂 saya bantu post di FB agar yang lain turut membaca postingan apik ini. Salam kenal dari Surabaya ya bu 🙂
Semoga makin banyak ibu mukti-ibu mukti yang lain 🙂
Monggo mba silakan. Salam kenal juga ya 🙂
Ini yg bikin surat apa ga pernah nonton tv ya? Atau cm mau cari sensasi terkait ahlak di tengah budaya negeri yg mulai rusak?
Emang sesering apa sih tingkah laku seorang menteri ditampilkan di tv sampai2 diibaratkan guru yg akan bnyk ditiru oleh murid2nya?
Knp ga komentari saja prilaku para artis dgn program2 televisinya yg sm skali ga mendidik?
Knp jg lbh pilih membahas kasus bu Susi dibanding kasus pak Surya Darma Ali?
Memberi masukan yg baik dan mendoakan yg baik 🙂
Just answer the questions.. thx.
Menurut saya mas jox juga cari sensasi dgn komen seperti itu di thread ini.
Suratnya bagus Bu..
tapi sayangnya cuma ditujukan untuk menteri yang perempuan saja..
buat para menteri yang laki2 gimana bu? Yang bahkan dalam ruang rapat atau rapat formal tidak henti2nya merokok?
kirim surat cinta buat mereka juga dong bu, biar adil.. kan bukan cuma menteri yang perempuan doang yang menjadi panutan, tetapi yang laki2 juga kaaann..
atau jangan2 menurut ibu adalah hal yang wajar kalau menteri atau pejabat pemerintah laki2 memberikan teladan untuk merokok?
ditunggu ya bu surat buat bapak2 menteri atau pejabat negara lainnya yang juga sering merokok bahkan perokok aktif..
Terima kasih bu..
Satu-satu diselesaikan. Alangkah indahnya juga jika saling gotong royong demi kebaikan. Sebagai ibu saya sudah kirim surat utk ibu. Nah gimana kalau anda sebagai laki2 (bapak?) juga kirim surat utk bapak2 itu? 🙂 * maaf ini laki apa perempuan ya gak ada foto soalnya*
Ibu Susi ini sepeti durian.Di luar memang terlihat “menyakitkan” namun di dalamnya sangat lezat. Lebih baik terbuka dari pada harus sembunyi-sembunyi. Karena keterbukaan adalah kejujuran. Daripada tertutup atau “berpura-pura baik, ujung-ujungnya ternyata penjahat/koruptor seperti Gub.Banten yang terkesan alim dan Ibu Hajahitu..
Gak apple to apple bandingin sama banten 1. Itu mah kayak apel sama kesemek. Yg benar ya terbuka, alim, kinerja bagus.
ya tak sepatutnya begitu ya bu..
Semoga ke depannya lbh baik 🙂
Luar biasa,,,
hehe
semoga semuanya diberi petunjuk jalan yang baik oleh Allah SWT.,,.
karna yang dibicarakan juga jelas ada kekurangan, dan yang membicarakan juga belum tentu penuh dengan kesempurnaan,,.
hehehe
ini kan awal dari bu susi, semoga kedepan beliau juga dapat berubah dengan signifikan,.,
hehe kalo nggak salah denger, pepatah dari anak jalanan “jika pada awal menunjukkan hal yang buruk, maka dia lebih berpeluang untuk berbuat lebih baik dari sebelumnya, namun sebaliknya yang awal terlihat baik biasanya ending jelek, seperti contoh2 bapak atau ibu penggawa negara ini”.,
tapi ya tergantung iman masing2 juga sih yah,..,hehe
yang penting kita semua belajar menyadari dan melakukan sesuatu yang menurut kita baik dari diri kita sendiri aja, Insa Allah nanti jika suatu saat (kita nggak tau esok) kita mengganti atau menempati posisi yang hampir sama dengan bu susi paling tidak kita sudah punya bekal lebih dulu (bekal iman dan etitute nggak mesti harus ada ijasah sarjana kok, kan katanya belajar bisa dimana aja. wong nyatanya yang punya segudang ijazah PT juga belum tentu bisa beretitute kok,., hehe)
terimakasih.,
#salam anak jalanan penuh pengharapan.,.,hehe
Salam juga dari ibu biasa penuh harapan 🙂
siap.,.,
hehehe
pokoke joss,,.,
Saya sih percaya klo sekarang ini ibu susi sedang berproses ke arah yg lbh baik… semoga dengan adanya tulisan” seperti ini, ataupun komentar” positif dan negatif membantu beliau mengoreksi kepribadiannya.
Perjalan hidup beliaupun sejauh yg saya baca pst membuat beliau menjadi wanita yg tangguh dan menerima semua komentar masyarakat indonesia, itu kenapa akhirny beliau bs sesukses sekarang ini, perjuanganny tidaklah mudah ya. #namanya komentator bola blm tentu bs main bola.
Semoga. Itu yg kita harapkan tentunya. Semua manusia berkesempatan berubah kearah yg lbh baik sebelum ajal tiba. Amiiiin
Yang pendukung Jokowi yang sudah kecuci otaknya silahkan minggir sebelum komentar, atau baca sampai selesai.
Subhanallah… Sentuhan kesantunan melalui uraian kata-kata tadi.. yang disebut surat cinta buat sang pejabat (bu menteri tadi). Takdir telah membawa bu susi pada sebuah komunitas orang sedikit diantara jutaan orang banyak..Sukses buat bu menteri juga sukses buat mba sang penulis surat cinta tadi. Saya pikir dua-dua nya adalah takdir untuk menuju kebajikan dengan ketajaman sudut pandang yang berbeda….
Amiiiin. Semoga yaaa
Tks atas tulisan ibu kpd Ibu Menteri. Sy malah sdh sms pada ibu Menteri (Susi dan Nila)…saya sarankan Bila merokok, biarlah hanya diri ibu sendiri yang melihat…artinya tentu merokok di ruang privasi pribadi yg tdk dilihat orang lain. Salam.
salam juga mas. semoga dengan banyaknya masukan akan ada perubahan
ibu susi..oh ibu susi
menteri baru kami
tak terlalu masalah jika pendidikanmu tak tinggi, tapi kenapa engkau malah merokok di istana usai dinyatakan jadi mentri??
ibu susi..oh ibu susi
padahal engkau menteri baru kami, padahal engkau harapan dan panutan kami, tapi pantaskah jika etikamu seperti ini??
ibu susi..oh ibu susi
semoga engkau tak korupsi, semoga engkau tak kolusi
ibu susi..oh ibu susi
semoga engkau tak sekedar meningkatkan ekonomi dan produksi, tapi juga mengerti tentang sustainability
ibu susi..oh ibu susi
kami tak sabar menanti kinerja dan bukti,
Semoga ibu susi juga membaca tulisan saya ini
* SITI FATIMAH ( ahli madya budidaya perikanan, mahasiswa S1 budidaya perairan)
wah, ada anak buah ibu mentri rupanya. semoga surat ini nyampai ya ke beliau
Melihat sepak terjang & lingkungan yg hrs dihadapi beliau, gak heran kalau beliau terbentuk menjadi seperti sekarang, semoga saja dengan bertambahnya usia dan bertambahnya tanggung jawab, beliau bisa menjadi panutan dg perlahan megurangi kebiasaan buruk, kita doakan saja
Mari kita doakan sama2 🙂
Suratnya bagus bu’, menyorot kepada attitude beliau yg krg baik jika ditunjukkan ke publik..
Saya heran sama yg ngebully ibu’, atau memaksakan sebuah ‘pembenaran’,
“Gakpapa sih ngrokok asal gak korupsi, kinerja bagus, bla bla bla”
Mungkin mereka akan diam saat anak mereka yg masih kecil ngrokok dan saat mereka larang, anak mereka bilang “gakpapa sih bu’/pak saya ngrokok, yg penting sekolah saya pinter, saya gak maling”
makasih sudah mampir ya. semoga ibu mentri mau mendengar dan berbenah 🙂
Tulisannya bagus dan sangat obyektif 🙂 tetapi menurut sumber terpercaya, Bu Susi merokok di lingkungan istana negara dan sudah sounding ke wartawan utk tidak diliput. Beliau berkata: “jangan difoto dulu ya, saya ga mau kasih contoh buruk untuk anak anak”. Tetapi ya namanya wartawan, ada saja yg iseng dan memblow up berita ini. Begitu.
Jadi mungkin menurut saya, Bu Susi pun tidak mau menjadi contoh buruk bagi masyarakat, dan semoga setelah kejadian kemarin Bu Susi lebih berhati hati kalau mau melakukan kebiasaan merokoknya.
Begitu pendapat saya, selamat siang, Tuhan memberkati ^^
Iya. Itu yg sy bilang takdir Tuhan. Jd ada kejadian begini dan perlu diambil hikmahnya. Smoga benar2 brenti rokok dan wine. Kan lbh baik toh
Mungkin ibu juga perlu menulis surel ke semua pejabat yang korupsi, selebriti yang selingkuh, ketahuan berzinah atau narkoba, yang terlalu hedon dan konsumerisme tinggi agar tidak melakukannya atau melakukan dengan “cantik” agar tidak ketahuan publik. Mereka semua itu public figure lhooo. Apa kata anak2 kita yang tiap hari harus menonton dan menyaksikan kelakuan mereka di layar TV. Kasihan kalau ibu hanya menyurati ibu susi saja terus gimana dengan selebriti yg lain? Kesannya jadi pilih kasih
usulnya menarik mas, tapi lebih menarik lagi kalau gotong royong. kan gak harus saya seorang yang nulis surel diantara berjuta rakyat indonesia yang peduli kebaikan ini. lha saya kan juga ibu RT yang ribet sama cucian, momong anak, dll. termasuk mas alfred, mestinya bisa juga bikin surat, ayo mas saya dukung
Dengan munculnya surat ini berarti penulis lebih menganggap bahwa menteri merokok dan bertato, lebih jahat daripada menteri yang korupsi dan artis yang berzinah dan narkoba. pemikiran yang aneh !!!
Nah kan mulai lagi. Kalau perbandingannya gak selevel gitu scara gak langsung malah anda lho yg merendahkan bu susi. Sdh jelas bu susi lbh unggul dlm urusan kinerja. Kalau mau, bandingkanlah sama bu risma misalnya 🙂
Ohya ini namanya siapa ya kok pakai inisial. Pakai nama asli aja mas/mbak biar bisa silaturahmi 🙂 Trus sy pengin dikasih tahu nih di surat saya itu, kalimat mana yg bilang bahwa saya menganggap wanita bertato dan merokok lbh jahat dr mentri yg korupsi atau artis yg narkoba. Bisa bantu saya menunjukkannya mas/mbak? Makasiiih
saya sih lebih senang seluruh dunia tau klo menteri di Indonesia ada yang ngerokok dan bertato tapi mau berkerja untuk rakyat, daripada seluruh dunia tau klo Indonesia adalah negara korupsi, artisnya suka kawin cerai, dan penuh narkoba. tapi klo penulis kayanya sebaliknya………
Sy lebih senang lagi kalau ada mentri yg mau kerja utk rakyat trus segera memperbaiki perilakunya dgn tdk bertato, tdk minum wine, tdk merokok 😉
setuju ma suratnya ibu.. mewakili perasaan ibu ibu yang lain… yamg belakangan ini galau gegara berita tsb.
semoga suratnya di baca oleh bu susi ya.. amiiin
Amiiin iya kita doakan sama2 smoga dibaca dan bliau tergerak utk setidaknya mengurangi kebiasaannya itu. Sukur2 menghentikan 🙂
Tulisan yang sangat bagus.saya mengagumi Ibu Susi akan prestasi beliau dan benar kata anda,sekarang beliau pejabat public yang akan dijadikan teladan.menjadi teladan mempunyai beban moril yang sangat berat tapi harus dilakukan bener ga 🙂 be positive thingking aja deh.beliau adalah wanita cerdas dan open mind jadi saya sangat yakin beliau akan bisa mengurangi ato bahkan menghilangkan kebiasaan “uniknya” tsb seiring berjalannya waktu 😉
Ya saya jg berharap demikian. Sangat 🙂
Inilah lucunya di Indonesia, orang-orang terlalu banyak ikut campur, bebas bicara, dan mudah menilai atau menjudge seseorang dengan alibi ini itu. Seharusnya biarkan saja dulu orang-orang penting itu bekerja tanpa melihat sisi buruknya. Dan kalaupun ada sisi buruk yang terekspose, tugas kita lah memilah mana yang patut ditiru atau tidak. Simple kan?!
Justru tidak begitu. Jika bisa diharapkan berubah lebih baik kenapa tidak? Anda sudah baca suratnya dr awal sampai akhir?
Halo mas aku bukan, memberi masukan itu justru mekanisme yg perlu karena kota makhluk sosial dgn segala kelebihan dan kekurangan, saling membutuhkan satu sama lain. Kalau gak percaya coba aja mas aku bukan puasa bicara atau nyepi dari orang lain 3 hariiii aja biar ga ada masukan dr orang lain 🙂
Benar pak, saya pikir tulisan ini hanya untuk mencari popularitas saja.
Salut dgn masukan mbk buat bu menteri. Bhasanya sngat sopan. Kita doakan sama2 smg beliau dpt hidayah. 🙂
Amiiiiin
Meramu pengalaman untuk masa depan.
Saya percaya bahwa bakat masa kecil atau potensi yang Allah tanamkan dalam diri kita,itu sebenarnya yg akan membawa kita ke jenjang sukses berikutnya.Dan kesempatan, peluang2, wawasan Dan pelajaran yg kita lihat,ditemui Dan kita alami sebenarnya semua adalah modal kita untuk sukses di masa depan.
Jadi pengalaman,wisdom dan attitude bila digabung akan menjadikan sukses yang luar biasa.jadi mungkin ibu mentri juga sudah menjalani itu semua.
Dan saya yakin pula saat ini kita diberikan pengalaman menarik ini untuk meramu atau menggabungkan secara kreatif Dan inovasiyang sepertinya tdk saling berhubungan dgn apa yg dilihat, didengar,Dan dibaca ini semua dgn serestu Allah pasti bermanfaat untuk kehidupan kita berbangsa Dan bernegara Indonesia yg besar ini.
Semoga semua dilindungi Dan di rahmati Allah SWT.
Benar tanpa merasa paling benar.nuwun…
Sampun sae mbk mukti suratnya, isinya kan himbauan ke arah yg lebih baik, tp koq msh ada sj yg gagalpaham konteks surat panjenengan ya mbk, eee malah ngentahi……hah konteks dmn konteks?!#/!;??
Namanya jabatan/profesi (apalg pejabat publik) semua itu kan satu kesatuan paket, enak ndak enaknya ya semua hrs diterima, karena dibalik nama jabatan/profesi tsb mengikat tggjwb ttg byk hal, apalg pejabat publik jgn sampai kontra produktif dgn visi misi dari pemerintah itu sendiri.
Bismillah donga dinungo nggih mbk, miris nek liat bgmn pergeseran nilai dan norma diwolak walik sama media, apalg bagi kita ibu ibu, yg diamanahkan anak2 yg kelak sbg generasi penerus bangsa.
Tetap cemungud mbk mukti…
Inggih suwun mba dewi. Ya itung2 latihan sabar ngadepi komen2 yg nyleneh lah 😉
Saya apresiasi perhatian yang diberikan Bu Mukti untuk kesehatan Menteri kita, Ibu Susi. Itu menunjukkan betapa tulusnya hati ibu ketika menulis blog ini. Disini saya juga ingin mengutarakan pendapat saya.
Menurut saya, timbulnya komentar-komentar yang sekiranya membela Bu Susi menunjukkan bahwa banyak orang-orang kita yang sudah muak dengan “tampak luar” dari politisi kita. Tidak ada bukti yang bisa mendukung korelasi antara attitude dengan kinerja, sedangkan kinerja sendiri sangat dibutuhkan oleh negara tercinta kita ini.
Maksudnya mungkin kepribadian atau attitude nya perfect, agamis, tidak merokok, tidak tatoan, tidak lain-lainnya, namun miskin kinerjanya, malahan merusak negara dari dalam.
Yang kedua, menurut saya pendapat ibu mengenai Bu Susi sebagai public figure untuk jangan memberikan contoh yang buruk itu baik. Namun apakah pernah terbesit di pikiran Bu Mukti bahwa contoh yang diberikan seorang politisi yang “munafik” lebih destruktif daripada kasus bu susi? Bayangkan anak-anak muda kita semua tampil agamis, tidak merokok, tidak minum alkohol, namun dibelakangnya luar biasa busuknya! Bagi saya ini kasus yang beribu-ribu kali lipat lebih menyeramkan dari kasus Bu Susi.
Justru menurut saya fenomena Bu Susi ini bisa dijadikan suatu contoh baik bahwa menilai seseorang jangan hanya dari tampak luarnya saja (penampilannya, uangnya, pendidikannya, agamanya, dan lain-lain), namun dari kinerjanya.
Terimakasih sdh memberikan tanggapan mas yuwono. Kalau bagi saya ya yg baik adalah baik didalam jg di luar. Memang kita miskin contoh sehingga banyak yg apatis. Tapi bukan berarti tak ada. Ambil contoh bu risma misalnya, pejabat publik yg kinerja oke attitude jg oke. Dan orang2 seperti beliau masih bisa diperbanyak. Pada bu susi sy jg menaruh harapan besar makanya menulis surat ini. Sedang apa yg terjadi kemarin seperti sy tulis di surat addalah tangan Tuhan, kita ambil hikmahnya saja. Jadi tentu bu susi ga bisa dibandingkan dgn tokoh2 politik yg destruktif (saya tak tahu yg dimaksud siapa) dan sy yakin ini masih bisa. Kita doakan saja pak demi generasi muda kita 😉
Bah … rokok, tato, tindik, body modification, dan lain sebagainya itu kan PILIHAN, pribadi masing-masing. kalau misal tulisan ini ditujukan ke saya, pasti sudah saya ajukan ke meja hijau nih …
anda lucu sekali 🙂
Kira2 pasal yg mana pak menurut bapak jika dianggap melanggar?
Ketawa dulu deh, Hahahahahaha …. McDonald banyak memiliki meja hijau lho, hati-hati jangan sampai saya traktir
Saya sudah punya mejahijau mas di rumah. Tempat belajarnya anak2. Terimakasih utk tawaran baiknya 😀
Kalo ngomong2 masalah pasal kayaknya ini deh paling cocok – Pasal 310 KUHP
gmn??
klo ITE mungkin ini Pasal 27 ayat (3) UU ITE
hehehe… meja belajar ya yg hijau, semoga anak2nya jadi anak yang soleh dan/atau soleha deh …
Amiin. Salam kenal mas. Jangan esmosi dulu. Makasih doanya utk anak2 saya smoga demikian jg utk anak2 mas (eh udah punya anak belum ya)
Tp kalau saya pribadi pengin meja ungu sebetulnya. Warna favorit saya *eh ra nyambung 😀
hmmm, dianggep emosi ya … memang kadang membaca itu relatif membuat orang (sipembaca) memilki bayangan atau gambaran yang berbeda-beda, mungkin juga ada yang flat,
saya ga tau deh tulisan yg menimbulkan ibu ini menganggap saya emosi, saya perhatikan komentar diatas saya kok ga ada yg nyeleneh, ya saya tulis komentar yang nyeleneh biar ada sedikit konflik
BTW
ibu Konstantia Arankoja mengatakan “Pohon tumbuh kuat dan berbuah lebat krn pupuknya kotoran. Sgla pandangan negatif hendakx dijadikan pupuk utk melakukan yg terbaik. Tdk ada yg mustahil klo slu brjiwa dan berpikir besar”
Makasih. Ya komentarnya tadi kan tau2 bilang meja hijau, trus dianggap cari popularitas. Yaa jadi rada ngeri2 sedap campur geli, begitulah.
Makasih quotenya di bwah itu mas 🙂
Jika seorang Ibu, Guru pula…Insya Allah…setuju dengan tulisan yang Ibu mukti tulis dengan bahasa yang sangat anggun & sopan, sangat menyentuh…, Moga penerima surat menerima dengan berbesar hati#salut untuk Bu’Mukti, salam dari saya.
Amiiiin terima kasih 🙂
Ibuu.. Kmrn itu yg merokok di istana setelah pengumuman menteri ada dua bapak menteri dan satu ibu menteri. Surat buat bapak menterinya mana?? Kok yg bapak2 ga disebut2? Mau bapak atau ibu seharusnya sama kan.. 😥 apakah karena beliau perempuan jd akhirnya heboh, trs kalo bapak menteri yg merokok itu biasa aja gapapa.. Saya kok jadi gimanaaaa gitu.
Iya. Saya baru tahu kalau ada 2 mentri yg ngerokok setelah surat ini dibuat. Tp jg gak berartia sy doang yg harus nyuratin kan? Kan yg bisa nulis banyak. Mama pun bisa. Ayo saya dukung. Kita bagi tugas 🙂
Hehee.. Kirain udah tau bukan ibu2 aja yg merokok. Tp sy kadang suka bete n geli sendiri sama pemikiran org indonesia yg menganggap wanita merokok itu berarti wanita ga bener. Terus kalo bapak2 yg merokok itu biasa aja.
Harusnya sama dong. Sama2 mengganggu, sama2 membunuh diri sendiri, sama2 ga sopan. Kalo memang merokok mau dianggap biasa aja, ya mau itu bapak2 atau ibu2 atau embah2 semua sama2 biasa aja. Jadi prinsipnya jelas. Ga setengah2. Setuju ga bu? Apa pemikiran sy salah dan terlalu feminist sekali yaa 😕
iya. saya juga termasuk yang paling tidak suka dengan orang merokok. biasanya saya akan tegas bilang (jika di tempat umum), “maaf, bisa dimatikan rokoknya? saya sesak napas kena asap rokok”
halo Mukti, salam kenal ya.
Saya cuma baca ttg Ibu Susi ini lewat media masa aja, jadi gak tahu2 amat.
Cuma saya gatel juga mau kasih komentar dikit ttg adegan merokok beliau :
1. terus terang saya agak ‘geli’ waktu baca komentar (kamu?) di facebook: Indonesia bukan ya? – kita harus jujur dulu deh. Orang Indonesia sebagian besar kalau yang namanya merokok itu ndableg. Dimana2 ngerokok, di taman, di tangga gedung perkantoran, di bus dll. Gak pernah minta monggo dulu kalau mau ngerokok di umum.
Jadi memang sudah kebiasaan orang Indonesia merokok tanpa mikir orang lain. Ibu Susi ya sami mawon. Harus kita akui dulu, kelakuan orang2 Indonesia secara umum yg kudu di perbaiki.
Kalau mau ubah sesuatu, kita harus jujur dulu terhadap diri/bangsa sendiri, akui dulu kebiasaan buruk kita sbg bangsa, baru kita bisa lanjut ke tahap berikutnya.
2. kalau seseorang pilih jadi perokok, itu pilihan pribadi mereka, cuma yg harus diingat adalah pilihan masyarakat sekitarnya yg memilih tidak merokok. Kalau seseorang merokok ditempat umum, ini merugikan mereka yang tidak merokok.
Bukannya kita mau Ibu susi utk ‘berpura-pura’ atau jaga image dgn tidak merokok, tapi yg kita kudu ‘tekankan’ adalah hak org2 yg tidak merokok menjadi terganggu krn asap rokok beliau.
Dan ini berlaku utk semua perokok, bukan cuma Ibu Susi saja. Dan bukan semata-mata krn ‘sudah jadi menteri’
udah ah capek……mari yuk, perbaiki kelakuan masing2 supaya Indonesia jadi lebih baik lagi!!
Iya makanya kan minimal tdk di depan publik, menghargai perokok pasif. Tp harapan sy sih stop total, secara kesehatan nggak ada yang bantah soal ini. Tp orang butuh waktu utk berproses dan saya menghargai itu. Bukan jaim, tp on progress. Beda kan? Itu jg berlaku utk semua tentunya, gak cuma bu susi. Kebiasaan buruk seburuk apapun kan bisa dirubah asal ada kemauan. Mari semangat utk perbaikan, dan salah satunya dengan saling menasehati. Sy mendoakan untuk ini.
memberi kritikan, tapi sendirinya ga lebih baik dari yang dikritik. tipikal.
Betul sekali malah. mbak bayam. Justru karena tiap kita punya kekurangan maka kita perlu saling menasehati. Jika nunggu harus sempurna, sampai mati tak akan pernah ada orang yg berani nasehati. Termasuk orangtua pada anaknya, karena jg tdk ada orangtua yg sempurna 🙂
Lebih baik jgn menggurui orang,sy juga guru,sy tdk merasa blm sempurna/ baik jg dimata murid dan keluarga sy,krna pribadi kita aja blm tentu sempurna dimata orang,terlepas merokok/tidak,wine/tidak.itulah tugas orang tua,dampingi anak kl anak ga mau liat yg tidak baik menurut anda ortunya.Di zaman ini apakah kita bisa menutup mata anak2 100% ,dmna2 orng merokok sdh kayak gosokan..wara wiri..so, wise for yourself n for your fams..dont judge people
mbak, bisa bantu saya tunjukkan di kalimat surat itu, mana yang bersifat menggurui pada bu susi?:)
bukankah justru kita semua tidak sempurna, maka kita perlu saling menasehati? kalau nunggu sempurna, gak akan ada orang yang berani nasehati mbak, sampai mati. gak akan ada profesi guru seperti saya dan mbak mira, karena guru jg gak sempurna. gak akan ada orang tua berani nasehati anaknya, karena orangtua juga tak pernah sempurna. ini dinamika kehidupan biasa aja mbak, saling menasehati. jangan dibayangkan yang terlalu jauh 🙂
Mari doakan bu Susi..
Mari lakukan yg terbaik yg bisa kita lakukan..
Selamatkan generasi muda kita masa depan bangsa Indonesia..
mari 🙂
Duh… kok yg dilihat rokoknya, wine nya tatonya…. setau saya beliau itu gak suka tuh membeberkan tato, rokok, dan minum wine, kalo memang skrg beliau sudah jadi menteri, dan tindak tanduknya di liat banyak org… maklum lah tante susi juga manusia,dan kalo ada murid yg merokok di sekolah.. tolong sampaikan pada mereka: sudah punya gaji 30 milyar belum ?? seperti beliau..kalo belum punya prestasi.. jgan banyak gaya.., makasih ya kritiknya
Coba dibaca lagi deh mba suratnya. Kelebihan2 beliau yg banyak kan sy ungkap jg dan sy turut bangga. Tp jk ada kekurangan jg bukan utk ditutupi toh, yg perlu justru diperbaiki. Dan itulah fungsinya hidup bersosial, saling menasehati. Siapapun dia. Pilih kasih dong kalau ke bu mentri gak boleh kasih masukan sedang ke anak2 sekolah kita ketatkan aturan begini dan begitu. Sy malah berharap ga cuma di depan umum, tp stop total. Utk kesehatan beliau jg. Sbg warga negara yg taat bayar pajak, boleh saja dong sy berharap pd mentri2 yg dibayar dr pajak.
Ohya emang bu susi waktu smp/sma dulu sdh punya gaji 30 milyar mba? Kok anak sekolah ditanya gaji? He 😀
Reblogged this on Nindya et Memoria and commented:
Setuju sekali dengan tulisan ibu ini. Masalahnya bukan pribadinya. Kebanyakan orang melihat sesuatu secara dikotomis: mending ngerokok tapi kerja bagus daripada pake jilbab tapi korupsi. Bagi saya, perbandingan yang demikian adalah tidak sesuai. Sebenarnya, yang menjadi ganjalan di hati adalah, apa yg dilakukan Ibu Susi sebagai menteri negara (public figure) yang merokok saat wawancara di hadapan para wartawan (& rakyat Indonesia setelah hasil shoot ditayangkan) adalah tidak pada tempatnya. Soal prestasi beliau, itu soal lain lagi.
well said.. bagus sekali tulisannya. Dan sabar sekali mbak satu ini menjelaskan poin opininya ke komentar-komentar yang masuk.. Terima kasih kontribusinya untuk Indonesia yang lebih baik mbak.
Makasih ya mba tata sdh mampir. Ya resiko nulis mbak, jd dapet pr njawabin komentarnya satu2. Ngarep pahala aja saya mah. Amiiin 🙂
Banyak bacot loe…
Komentar menunjukkan kadar akal & kematangan 🙂
Ping-balik: BOTD, Apa Pula itu? | berbagi cinta & makna
bagus ibu tulisannya 🙂 setidaknya memberikan gambaran pemikiran kita semua dikemudian hari. bukan bermaksud mengandai-andai tapi mencoba melihat kemungkinannya kelak
Terimakasih yaa dukungannya 🙂
Semoga jadi masukan yg di terima ^_^
kritik/saran boleh asal dengan bahasa yg baik
Amiiiin. Iya saya jg berpikir demikian. Setiap orang kan punya nurani utk menerima kebaikan 🙂
Jangan hanya lihat orang dr casingnya tapi dr amal perbuatannya
Iya betul. Merokok kan perbuatan mas 🙂
Ibu susi selama ini sdh banyak membantu masyarakat terutama nelayan pengandaran. Lihatlah juga baktinya kpd orang tua. Dia gendong ibunya di punggung di tengah terik matahari melintasi landasan pesawat . Padahal dia mudah saja menyuruh pembatu melakukannya. Mari lihat ke diri kita
Oh iya yg itu sy saluuuuut banget. Selain dr berbagai kelebihannya yg sdh sy sebut di surat. Gak sy tulis krn baru tahu kemarin jg tentang baktinya pd ortu. Tp jk ada kekurangan ya justru baik jk kita beri masukan. Utk kebaikan bliau jg kok. Kita jg penuh kekurangan, saya juga. Makanya butuh masukan dr orang lain kan
Ping-balik: Berprasangka Baik Padamu, Buk Susi | berbagi cinta & makna
saya murid berprestasi, ngefans dan terinspirasi dengan bu susi, besok rencananya mau bikin tato buat dukung bu susi.
Monggo aja silakan. Kapan mau ketemu bu susi?