Sebetulnya ini bukan peristiwa yang baru saja terjadi, tapi sudah nyaris dua tahun lebih berlalu. Cuma karena ada hikmahnya, sayang jika tidak dituliskan. Ceritanya begini.
Selesai urusan membangun rumah, saya dan suami termangu. Bingung dan tak menyangka, anggaran untuk rumah memakan dana yang sangat besar. Sebetulnya memang ana rega ana rupa (ada harga ada kualitas). Tapi kami merasa rumah ini terlalu luas, dan terlalu megah. Hmm, antara menyesal dan lega.
Nah, pagi di hari Sabtu itu, saya dan suami duduk nggelosoh di teras rumah baru yang memang masih kosong melompong.
“Kapan pindahan ke sini ya Mas? Masih kosong, jadi bingung. Mau bawa barang-barang dari tempat lama, barang-barangnya udah pada lama semua. Apa pantes ya?” tanyaku ragu.
“Iya. Mamas juga bingung. Kata teman-teman yang bangun rumah, ngisi rumah itu anggarannya separo dari anggaran mbangunnya. Halah, kita sudah tongpes, hahaha,” jawab suamiku sambil bercanda.
“Ya sudah jangan pindah dulu, buat acara-acara rapat aja. Kita nabung dulu lagi,” jawab saya sambil geli.
Tiba-tiba datang tergopoh tetangga depan rumah, seorang ibu. Setelah kupersilakan duduk, dia bercerita, “Bu Zubaidy… ini saya mau nawarin aja. Ada teman saya mau pindahan. Dia nggak mau bawa barang-barang di rumah lamanya, mau ganti yang baru. Jadi mau dilego semua tuh isi rumahnya. Yuk, ibu lihat dulu barangnya sama saya. Kan rumah ibu baru jadi nih, masih kosong.”
“Ah, kami nggak ada dana bu. Paling yang mendesak cuma lemari dan tempat tidur. Ya, Mas?” sambil menoleh ke arah suami meminta persetujuan.
“Iya bu, uangnya habis buat ngebangun rumah” jawab suami saya kalem.
“Ih, barangnya bagus-bagus lho. Sayang banget kalau nggak dilihat. Ayuk kita lihat saja, nggak ada ruginya deh. Kalau nanti nggak jadi juga nggak apa-apa. Gimana?”
Saya dan suami saling melirik. Nggak enak juga sama si tante yang begitu bersemangat nawarin. Akhirnya, “Ya sudah, hayuklah coba kita lihat Bu. Dimana alamatnya?”
Singkat cerita, sorenya kami pergi menuju rumah yang akan dikosongkan itu. Bukan di perumahan real estate, tapi lingkungannya termasuk kawasan elit. Sampai di rumah tersebut, suasana akan pindahan memang sangat terasa. Beberapa pernak pernik barang sudah dibungkus koran. Nyonya rumah, sebut saja tante Etty, seorang janda kaya raya, menyambut kami dengan sangat ramah. Ternyata dia salah satu artis perempuan jaman dulu. Lalu mulailah kami diperlihatkan barang-barang di rumah itu yang akan dijualnya. Wess jian, saya dan suami cuma bisa melongo saja, karena rerata barangnya adalah barang high class, barang dengan mutu tinggi yang mencerminkan selera pemiliknya. Begitu tahu kalau Tante Etty adalah janda dari seorang mantan direktur BUMN ternama, mulut kami berdua membulat, “Ooo, pantesaaan”.
“Sebenarnya saya cuma butuh lemari baju sama tempat tidur bu”, kata saya polos sambil berkeliling.
“Yah kalau tempat tidur malah masih mau saya bawa. Ntar saya tidur dimana, he?” jawabnya bercanda.
Tante Etty mendesak kami untuk membawa beberapa barang yang ada, karena dia merasa tak membutuhkannya lagi. Benda-benda yang dia bawa justru kebanyakan adalah lampu-lampu kristal atau lukisan. “Kalau lampu ini saya pangku selama di pesawat waktu dari Italy, buat kenang-kenangan nggak akan saya jual.”
Woalah, maklum mantan artis, pasti passionnya ke benda-benda seni.
Tak bisa menolak, dari awalnya hanya mengincar sebuah lemari baju 3 pintu yang ditawarkan, bertambah menjadi 8 item yang akhirnya disepakati akan kami beli, setelah kami muter-muter berkeliling di rumah nan besar itu. Kedelapan item tersebut adalah (dari bawah keatas):
Ada juga bonusnya, yaitu guci-guci antik. Saya disuruh memilih diantara sekian banyak gucinya yang ada di ruang tamu. Ada yang bentuk gajah dari Thailan, ada yang tabung dari Cina, ada yang seperti tempayan, macam-macam. Saya pilih yang paling simpel, bentuk tabung dari Cina. Lumayan buat tempat naruh payung (halah, nggak nyeni blas saya ini).
Nah, untuk kedelapan item itu, berapa biaya yang harus kami keluarkan? Sekedar memperkirakan saja, untuk kursi tamu merah itu, perkiraan saya harga jual sebenarnya 1 juta-an untuk 1 kursi. Jadi kalau 1 set ya paling murah 5 juta lah, bisa lebih. Lha kualitas kayunya juga bagus, beraaat banget mau dibawa. Apalagi pas main ke toko jam, terus iseng-iseng nanya harga jam padoo itu. Ternyata kalau asli dari luar negri, harganya bisa 45 jutaan. Waow, gubrak! Pengsan deh saya rasanya. Bisa buat DP beli rumah lagi itu sih.
Jadi, berapa harga yang harus saya bayar untuk semua item itu? Tante Etty yang memang niatnya ambigu antara menjual dengan membersihkan isi rumahnya, asal sebut angka saja yaitu….. tujuh juta rupiah! Cuma 7 jeti sodara-sodara. Saya sampai melongo dibuatnya. Padahal bawain barangnya aja sampai musti dua kali angkut dengan truk yang super gede, bukan truk biasa. Biaya angkutnya malah yang harga normal, jadi berasa mahal 😀
Begitu datang barang-barang dari rumah tante Etty itu, rumah baru kami langsung mendadak full sesak. Penuh mebelair dan lemari, dari lantai atas dan lantai bawah. Satu set kursi kayu yang sempat kami beli di toko terdekat jadi berasa murah sekali dibandingkan mebelair pindahan yang kelas berat dan high quality semua itu. Perkara modelnya nggak selaras dengan spirit rumah yang minimalis, yo ben, cuek bebek aja. Saya gak terlalu peduli urusan model. Yang penting, ada kursi yang masih cukup pantas untuk diduduki. Ada cukup banyak lemari yang dapat digunakan untuk menyimpan baju anak-anak yang seiring usianya makin banyak bajunya. Meskipun kontraktor bangunan yang lalu berkunjung ke rumah sempat protes, “Lha? jadi hilang ini nuansa minimalisnya. Wah, padahal kita ndesainnya udah cakep-cakep lho bu rumahnya”. Yo ben to pak 😛
Nah, tentang jam antik super duper gede itu, kutaruh aja di samping tivi, saking nggak tahu mau taruh dimana lagi. Yaa, siapa tahu nanti kepepet dana, jual jam antik saja 😀
Rasanya fantastis banget hari itu. Nggak nyari nggak apa, tahu-tahu ada tetangga yang menawarkan barang. Tahu-tahu dapat barang-barang bagus dengan harga ajaib. Best buy lah pokoknya. Kepikiran beli juga nggak, tadinya.
Kalau dicerna dengan jernih, semua tentu sudah taqdir-Nya. Allah Maha Tahu apa yang kami butuhkan, dan Dia mengatur dengan indahnya. Siapa yang menggerakkan tetangga untuk datang ke rumah Sabtu pagi itu, sedang saya selama ini malah nggak tahu blas kalau dia kadang jadi makelar? Siapa yang mengarahkan hati tante Etty, untuk mempercayai tetangga saya itu sebagai makelarnya saat ingin mengosongkan hampir seluruh isi rumahnya? Allah menjawab kebutuhan kami, melalui jalan yang tak pernah kami sangka. Judulnya ini rezeki nomplok, yang sama sekali tadinya gak kepikiran datangnya.
Sungguh, rezeki memang sudah tertakar, takkan pernah tertukar.
Maka, saat hari-hari ini saya mulai kuliah lagi (dan otomatis ‘rasanya’ pendapatan riil berkurang), dan suami juga dipindahtugaskan (yang juga berkurang secara riil hitam di atas putih); kami berkeyakinan bahwa apa yang sudah ditakar oleh-Nya, takkan tertukar. Mungkin dari sumber yang satu itu (kantor) berkurang, tapi kami percaya jika memang sudah tertakar, Allah akan datangkan dari sumber-sumber lain, yang kami juga tak tahu dari mana. Pas, sesuai takaran-Nya. Tentu dengan satu syarat, kami tetap terus berusaha, dan tak lupa berdoa. Jadi, kerja yang kami lakukan juga sebatas upaya, ikhtiar manusia untuk memenuhi kewajiban. Bukan untuk mendapatkan penghasilan sekian sekian. Selanjutnya, biar Allah yang Maha Mengatur yang menyelesaikan 🙂
Alhamdulillah ya, Mak.
Mak, tetangga ga ada yg mau lego barang, hehe.
alhamdulillah emang. siapa yang mau lego barang mak novia?
rejeki nomplok ya mak….alhamdulilah…
alhamdulillah. pas butuh pas dikasih. makasih mak enci 🙂
Wiih rejeki nomplok bgt tuh mak..etapi bener bgt rejeki itu ngga akan pernah tertukar dan ga bs diitung scr matematis juga. Saya juga sdh sering membuktikan klo scr matematis rasanya ga mungkin sy bs punya rumah dan mobil sprti skrg. Tp rejeki Allah itu mmg selalu datang tanpa bisa kita duga ya mak;) salam kenal en selamat atas rumah barunya^^
makasih mak arifah. alhamdulillah, emang rejeki tak bakal tertukar. salam kenal juga mak, ketjup 🙂
Salam kenal kembali mak arifah. Makasih sdh mampir yaa
wah kereee, mau donk dpt yg begituan juga, hehehe… alhamdulillah rezeki memang tak kan tertukar, Allah Maha Kaya ya mak 🙂
betul bingits mak rodame. rejeki gak pernah ketukar 🙂
makasih ya mak udah mampir dimari 🙂
Allah bener-bener Maha Tahu ya mak *Subhanallah
betul sekali mak dwi. bahkan kadang tak terucap pun Allah sudah menjawabnya. makasih ya sudah mampir
Iya alhamdulillah. Makasih ya sdh mampir
Alhamdulillah, ketika baru ngobrol tentang mebelair, eh ALLAH kasih kemudahan jalan dari jalan yang tidak disangka-sangka. ^_^
iya betul. Allah Maha Tahu yang kita butuhkan 🙂
makasih sudah baca dan komen 🙂
Wah 7jt?murah banget… Kualitasny bgs padahal,masyaAllah rezeki banget itu mah..
alhamdulillah, bener2 rejeki nomplok emang mak dian. makasih yaa udah mammpir
Alhamdulillah, jd menyesal pake banget gak sempet bertandang. Pasti banyak lagi hikmah yg harusnya bisa diambil 🙂
Berarti kapan2 kudu mampir. Bukan maem pir 😛
Haha siap. :v
siiip ditunggu kunjungannya
Waaaaa…. Aku jg lg isi rumah ni mbak. Bener bgt, ngisi tuh bikin tabungan ngacir. Hihi. Jd aku bnr2 nyicil nih. Rumahnya Udh jd kapan, tp SMP Skrg blm pindah krn nyicil ngisinya tyap gajian. Haha.. Insya Allah ada rejekinya.. Alhamdulillah bs punya rumah. Hihi..
semangadd mak jade ayu. dikawal juga pake kenceng2 doa 🙂
Tulisannya inspiratif bngt mbak. Salam kenal 🙂
makasih udah mampir. salam kenal juga ya mbak turis cantik (gak tahu nama benernya nih)
Reblogged this on الخضر (Khidzr): Mr.Green.
Sangat menginspirasi mbk Mukti.
Makasih sudah mampir yaa
Makasih mba agustini
buat saya yang sampai saat ini masih ‘mimpi’ punya rumah sendiri bareng suami dan anak, terharuuu looh bacanya.. :’) makasih udah sharing Mbak, tulisannya bikin semangat dan bawa aura positif 🙂 salam kenal 🙂
Makasih juga sdh mampir mba andina. Salam kenal juga yaa
AKu bacanya sampe merinding loh..
http://www.aloha-bebe.com
Makasih ya sdh mampir
Baru kemarin lagi ngomongin masalah rezeki sama Abang, eh pagi ini baca tulisan Ibu jadi makin yakin! Thanks for sharing, bu 😀
Sama2 mba. Makasih sdh mampir
rejeki emang gk ketuker ya mbak..dapat barang” bagus ex tante etty disabtu pagi datang malaikan mencatat kebaikan alhmdlh terkabul doanya…hehehe selamat ya rumah baru dengan perabotan baru..barokallah amin
Hihihi iya betul. amiiiiin rezeki tak disangka namanya