The Power of Letter

Salah satu cara memotivasi anak yang berada di boarding, selain dijenguk, adalah membuat surat. Kenapa surat? Karena seperti pepatah: scripta manent verba volant. Yang tertulis akan abadi, sedang yang terucap akan cepat hilang. Dan bahasa tulis yang paling romantis adalah melalui surat yang benar2 surat di kertas. bukan surel, sms, email, dsb (lagian anak boarding gak boleh bawa hape).

Sejak 3 tahun yang lalu, saat anak pertama, Hurin, mulai masuk boarding, itu yang saya lakukan. Surat-suratan, seperti jaman saya jadi anak sekolahan 🙂
Termasuk ketika ada momen-momen khusus seperti akan UAS atau pekan hafalan Quran, alhamdulillah bunda asramanya juga mengingatkan para ortu untuk membuat surat bagi putra/putrinya via email, dan beliau yang akan menyalinnya. Alhamdulillah, nasehat atau masukan lebih mengena, dan anak juga lebih bisa curhat dengan leluasa melalui suratnya kepada ayah/ibunya. Waktu itu, beberapa kali, saat kami berpamitan pulang, Hurin anak saya tiba-tiba menyelipkan sepucuk surat, dengan pesan,”Jangan dibuka di sini. Nanti kalau Ibu sudah sampai di rumah aja”. Surat-suratnya masih saya dokumentasikan dengan lengkap. Isinya beraneka, ada yang membuat hati tersenyum, ada juga yang membuat hati gerimis.
Tentu, saya juga perlu membalas surat itu, yang karena jarak kami tak terlalu jauh dengan Subang tempatnya sekolah, biasanya saya berikan pada saat kunjungan berikutnya.

Cara yang sama, insya Allah juga akan kami terapkan pada adiknya, Adnin, yang saat ini mulai beradaptasi dengan dunia boarding. Saat ditengok pekan lalu, dia memang masih mellow swallow, karena cukup kaget dengan rutinitas boarding yang padat. Tapi kami percaya, dia akan mampu melewati ini. Kakaknya yang berada di boarding yang sama, juga berjanji akan mengirimkan surat tips-tips khusus untuk adiknya, dan akan sering menemui adiknya. Bismillah…